Selasa, 29 Maret 2011

"ARISAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA"

"Arisan" beroperasi di luar ekonomi formal sebagai sistem lain untuk menyimpan uang, namun "arisan" juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur 'paksa' karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan. (Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)."


"Kesejahteraan" sudah menjadi milik manusia sejak jaman dahulu kala hingga sekarang ini, hanya saja "kesejahteraan" yang dicita-citakan umat manusia pada jaman dahulu berbeda dengan "kesejahteraan" yang dicita-citakan oleh umat manusia dewasa ini dan akan berbeda pula dengan "kesejahteraan" yang diinginkan oleh umat di kelak kemudian hari.
Didalam mencapai apa yang dicita-citakan tersebut, manusia itu sendiri juga mengadakan kegiatan sebagai usaha untuk mencapai cita-cita tersebut. Oleh karena "kesejahteraan" itu sendiri mneliputi beberapa bidang yaitu jasmaniah, rohaniah dan sosial, maka kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha ini pun juga meliputi bermacam-macam bidang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

Salah satu kegiatan atau usaha untuk menunjang terwujudnya "kesejahteraan" adalah kegiatan "arisan", kegiatan yang telah dilaksanakan oleh segala lapisan masyarakat. Di dalam kegiatan "arisan" ini telah banyak terwujud dalam pemenuhan kebutuhan jasmaniah (materiil), namun ada pengaruhnya juga terhadap "kesejahteraan" dalam segi sosial maupun spiritual.

Jadi secara garis besarnya pengertian organisasi "arisan" adalah suatu bentuk perkumpulan dari sekelompok orang yang saling menyatukan diri dalam suatu kerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam segi materiil dengan cara bergiliran.

Dengan memperhatikan tujuan Usaha "Kesejahteraan" Sosial di Indonesia, yaitu untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan "kesejahteraan" sosial, maka tujuan "arisan" adalah untuk menunkang terwujudnya "kesejahteraan" dengan cara bergotong royong dalam memenuhi kebutuhan anggotanya dalam segi materiil dengan cara bergiliran.
Jadi "arisan" hanyalah merupakan kegiatan penunjang demi terwjudnya "kesejahteraan", karena itu orang yang mengalami "kesejahteraan" belum tentu disebabkan oleh keikutsertaannya dalam "arisan", namun ada kemungkinan pula ketimpangan yang terjadi dalam suatu keluarga dapat disebabkan oleh kesibukan dari salah satu anggota keluarga dalam kegiatan "arisan". Jadi walaupun tujuan "arisan" tersebut menunjang terwujudnya "kesejahteraan", belum tentu dapat menjamin tercapainya tujuan tersebut dengan baik. Berhasil tidaknya tujuan tersebut sangat tergantung kepada masing-masing anggota kelompok "arisan" itu sendiri. Apabila mereka tidak menyalah gunakan tujuan "arisan" tersebut, "arisan" akan benar-benar dapat menunjang terwujudnya kehidupan sejahtera bagi keluarga peserta "arisan". Akan tetapi apabila mereka ikut "arisan" dengan tidak mempunyai tujuan seperti halnya tujuan "arisan" itu sendiri, maka akan menimbulkan masalah baru lagi, misalnya terjadi saling iri diantara anggota "arisan" itu sendiri, karena "arisan" digunakan sebagai tempat memamerkan harta kekayaan mereka masing-masing.

"Arisan" telah dilaksanakan oleh segala lapisan masyarakat, masing-masing lapisan masyarakat mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri dalam mengadakan "arisan". Standartnya sesuai dengan kemampuan masing-masing lapisan masyarakat tersebut. Misalnya saja untui "arisan" barang, lapisan masyarakat tingkat rendah (bawah) cenderung mengadakan "arisan" alat-alat rumah tangga non elektris, untuk lapisan masyarakat tingkat tengah cenderung mengadakan "arisan" peralatan elektris.kendaraan bermotor. Sedangkan untuk lapisan masyarakat tingkat atas cenderung mengadakan "arisan" rumah, dan lain-lain. Dan untuk "arisan" uang, masing-masing lapisan masyarakat juga mempunyai standart tertentu sesuai dengan kemampuan mereka.

Motif terbentuknya kelompok "arisan" ada beberapa alternatif, yaitu sebagai berikut:
1. Mempererat hubungan kekeluargaa,.
2. Memenuhi kebutuhan secara bergotong-royong.
3. Memperbanyak teman.
4. Hanya sekedar menabung.

Dampak positif "arisan", adalah:
1. Memupuk rasa kegotong-royongan pada diri anggota kelompok "arisan".
2. Terjalin hubungan kekeluargaan.
3. Bisa terpenuhi suatu kebutuhan keluarga dengan cara menabung.
4. Mengisi waktu luang, sehingga tidak dipergunakan untuk mengadakan kegiatan yang tiada guna.

Dampak negatif "arisan", antara lain:
1. "Arisan" digunakan sebagai tempat menceritakan kejelekan orang (ngrasani), sehingga malah tidak menciptakan hubungan kekeluargaan misalnya terbentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bermusuhan dalam kelompok "arisan" tersebut.
2. Karena terlalu sibuk dalam kegiatan "arisan", mereka tidak dapat menjalankan fungsi dan peranannya dalam keluarga.
3. "Arisan" digunakan sebagai tempat memamerkan harta kekayaan sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat. Misalnya mereka selalu membicarakan harta kekayaannya sehingga apabila mereka pergi "arisan" memakai busana serta perhiasan tang mewah.


Semua uraian di atas adalah merupakan gambaran "arisan" secara umum, yang perlu kita kembangkan dan kita upayakan ke arah yang dapat menunjang pembangunan nasional demi terciptanya tujuan nasional.