Kamis, 10 Februari 2011

"IKHLAS.... IKHLAS.... IKHLAS....."

"Iblis sendiri yang mengatakan, bahwa ia tidak akan pernah menggoda hamba-hamba yang "ikhlas". Sebenarnya apa arti "ikhlas" yang sesungguhnya sehingga iblis pun tidak berani menggoda?"


Kita seringkali mencari definisi dan arti tentang "ikhlas" dengan logika yang terbatas. Seringkali memaksa supaya dirinya seakan-akan telah paham tentang "ikhlas", padahal kita tahu logika, akal, rasio sama seperti mata dan telinga kita yang mempunyai keterbatasan dalam memandang.

Mengapa kita mencari-cari dari sumber yang lain? Yang tidak ada ujung pangkalnya, padahal jelas-jelas di dalam Al-Qur'an Allah SWT telah membuat definisi dan arti yang  konkret tentang apa itu "IKHLAS", yakni di dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-"Ikhlas" Ayat 1-4, yang artinya:
- Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
- Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
- Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
- dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Ternyata makna "ikhlas" secara definitif dan komprehensif spektrumnya begitu luas. Secara esensial arti "ikhlas" adalah bebas dari syirik, artinya seseorang yang akan melakukan sesuatu perbuatan/ibadah tidak boleh ada rekayasa, tendensi, intrik-intrik, motivasi atau niat yang lain kecuali semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana maqola Sayidina Ali yang berbunyi:
"Ya Allah aku mengabdi kepada-Mu bukan karena aku takut kepada neraka-Mu, bukan pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepada-Mu, karena memang Engkau pantas untuk kuabdi."

Betapa berartinya makna Suratul "Ikhlas", yang notabene terdapat kalimat Al-"Ikhlas". Sehingga pada ayat terakhir surat ini harus berkesimpulan bahwa Allah tidak ingin dibagi cintanya kepada hambanaya, Allah akan merasa cemburu manakala ciptaanNya dicintai secara berlebihan.


Ciri-ciri orang "ikhlas":
1. Memberi sesuatu dengan perasaan ringan dan tanpa beban di hati.
2. Ketika tangan terjulur memberi kepada yang diberi, dalam hati berkata: "Ini milik Allah dan saya harus mengembalikan kepada-Nya melalui kamu."
3. Ketika memberi tidak mengharap imbalan atau ucapan terima kasih, yang penting bagi yang diberi merasa bahagia.
4. Tidak mau diperlihatkan orang apalagi disorot media, karena tugas iblis selain menjegal dan menggugurkan amal-amal saleh, juga ia sangat sabar menunggu kapan hamba-hamba yang "ikhlas" gugur amalnya dengan cara dipuja atau diungkit-ungkit.
5. Tidak pernah kecewa walau ternyata amal salehnya berimbas kepada ujian dan cobaan yang menyakitkan.
6. Tidak pernah resah dan gelisah dan tidak pernah bangga dengan keberhasilan, dan tidak pernah merasa sedikitpun sedih bila mengalami kegagalan, sebab yang dicari hanyalah ridha Allah SWT.
7. Beramal karena Ikhsan, Lillah, Billah, Minallah dan Ilallah.


Hadits Qudsi ada yang menyebutkan bahwa "Ikhlas" merupakan rahasia Allah, "Jawabnya suatu rahasia dari rahasia-Ku kata Allah, Aku mempercayakannya kepada hati siapa yang Aku cintai di antara hamba-Ku". (Misykatul Anwar Hadits Ke-32 Ibnu Arabi).

(Sumber: Hakekat "Ikhlas" dan Indahnya Sabar, oleh KH MD Sirojudin).

"DAMPAK POSITIF SHOLAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI"

"Setiap hari kita "sholat" di atas sajadah bermunajat dan bermohon kepada Allah, ruku' dan sujud, seharusnya membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari."


Seharusnya, "sholat" yang kita lakukan dapat terimplementasikan dalam bentuk nyata kehidupan, alias dimanifestasikan dalam setiap gerak dan nafas, maka seharusnya dapat membawa karakter kesabaran, sehingga kesabarannya tidak terkalahkan oleh nafsu yang membara.
Dampak positif "sholat" dalam kehidupan sehari-hari:
1. Setiap orang yang "sholat" seharusnya sadar akan  takdir yang datang dari Allah. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Anam Ayat 59: 'Tidak sehelai daunpun yang jatuh dari tangkainya melainkan sepengetahuan Dia (Allah)'.

2. "Sholat" dapat dijadikan sebagai penolong bagi orang yang beriman dalam bersikap dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 153: 'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan "sholat" sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.'

3. Orang yang melakukan "sholat", apabila dikecewakan oleh sesuatu peristiwa, seharusnya segera berkata Innalillahi Wa Innailaihi Roji'un - Aku dari Allah dan akan kembali kepadanya.'; sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 155.
4. Dan segera mengucapkan Lahaula Wala Kuuwata Illa Billah Hil Aliyyil Adzim -- 'Tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali yang maha tinggi dan maha agung'; sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Kahfi Ayat 39.
5. Orang yang mendirikan "sholat" harus mempunyai dampak dari atsarissujud sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Fath Ayat 29: '... kalian lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka terlihat pada muka mereka dari bekas sujud.'

6.Yang dimaksud bekas sujud adalah merujuk kepada Surat Al-Mukminun Ayat 1-5: 'Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam "sholat"nya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari yang tidak berguna dan orang-orang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya'.

7. Orang-orang yang mendirikan "sholat" harus mampu dan mau meninggalkan perbuatan-perbuatan keji dan munkar, marah-marah yang bukan pada tempatnya sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam Surat Al-Ankabut Ayat 45: 'Sesungguhnya "sholat" itu mencegah perbuatan-perbuatan keji dan munkar.'

8. Allah memfitrahkan manusia bersifat keluh kesah, namun bagi orang-orang yang mendirikan "sholat" dan sanggup menjaganya Insya'Allah akan terjaga, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Ma'arij Ayat 19: 'Sesungguhnya manusia itu bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan "sholat", yang mereka itu melanggengkan "sholat"nya'.

9. Orang yang "sholat" harus memperdalam Aqidah dan akhlaq, terutama akhlaq kepada Allah, dan puncaknya akhlaq manusia kepada Al-Khaliq adalah selalu bersikap khusnudhan kepada Allah. Apapun yang dianugrahkan kepada manusia adalah pilihan Allah yang terbaik, sehingga kita harus bersikap Qonaah (menerima) dan harus selalu mensyukuri anugrah itu tanpa memperhitungkan besar kecilnya anugrah Allah.