Sabtu, 03 April 2010

"RENDAH HATI/TAWADU VS SOMBONG"

"Rendah hati"/"tawadu" merupakan sebagian dari akhlak Muslim ideal, sedangkan "sombong" bukanlah sifat seorang Muslim".

Seorang Muslim bersikap "rendah hati" agar berderajat tinggi, ia tidak "sombong" supaya tidak turun derajatnya. Hukum Allah bersifat menjunjung tinggi orang-orang yang bersikap "rendah hati" dan menurunkan derajat orang-orang yang "sombong".


Hadits Riwayat Muslim menjelaskan, bahwa Rasulullah bersabda: "Kekayaan tidak akan berkurang karena sedekah. Allah akan menambah kekuatan bagi orang pemaaf. Dan orang yang bersikap "rendah hati" karena Allah akan ditinggikan derajatnya."

Hadits Riwayat Bukhari, menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda: "Merupakan hak Allah untuk tidak meninggikan derajat duniawi, malah merendahkannya."
Hadits Riwayat Nasa'i dan Tirmidzi, hadits sahih, menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda: "Orang-orang yang "sombong" dikumpulkan pada hari kiamat ibarat debu dalam bentuk laki-laki ditutupi dengan kehinaan dari segala arah. Mereka digiring ke dalam penjara di neraka jahanam, yang disebut Bulis. dinaikkan dengan api. Mereka diberi minum dari sari minuman ahli neraka yaitu sebongkah tanah yang berbahaya."


Ketika orang Muslim mendengar dengan telinga dan hatinya kabar semacam itu, baik dari firman Allah maupun sabda Rasulullah yang memuji orang-orang yang "sombong". Maka diajaknya orang untuk me"rendah"kan "hati" dan melarang menyombongkan diri, maka bagaimana mungkin orang Mukmin tidak akan bersikap "rendah hati" dan tidak menjauhi sikap "sombong"?.


Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk bersikap "rendah hati" (tawadu), sebagaimana dalam firman-Nya dalam Surat Asy-Syu'ara Ayat 215: "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman."


Allah juga memuji para wali-Nya karena sifat "rendah hati" yang mereka miliki, sebagaiman firman-Nya dalam Surat Al-Ma'idah Ayat 54: "... suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir...".


Allah akan membalas dengan pahala bagi orang-orang yang me"rendah"kan diri, sebagaimana dalam firman-Nya dalam Surat Al-Qasas Ayat 83: "Akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan."


Hadits Riwayat Muslim, menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda: "Sungguh Allah telah mewahyukan kepadaku supaya kamu me"rendah"kan diri, sehingga seseorang tidak akan menyombongkan dirinya kepada yang lain dan seseorang tidak akan berbuat aniaya kepada yang lainnya."


Hadits Riwayat Bukhari juga menjelaskan bahwa Rasulullah menghimbau supaya umat Islam mau berbuat "tawadu" ("rendah hati"): "Allah tidak mengutus seorang Nabi, kecuali ia bekerja sebagai penggembala kambing. Para sahabat bertanya kepadanya: Bagaimana engkau ya Rasulullah? Nabi menjawab: Aku juga menggembala kambing di padang rumput kepunyaan penduduk Mekah."


Hadits Riwayat Bukhari yang lain menjelaskan, Rasulullah bersabda: Jika aku diundang untuk makan kaki kambing atau paha kambing, pasti aku datang. Atau bila aku diberi hadiah ceker atau paha kambing pasti aku terima."


Hadits Muttafaq 'alaih, menjelaskan sabda Rasulullah yang menyuruh untuk menjauhi ke"sombong"an: "Tidakkah aku kabarkan padamu tentang penduduk ahli neraka. Mereka adalah orang-orang yang bersikap kejam, rakus, dan menyombongkan dirinya."


Hadits Riwayat Muslim menjelaskan sabda Rasulullah SAW.: "Ada tiga macam manusia yang pada hari kiamat, Allah tidak akan becara padanya, yaitu orang yang berzina, raja yang pendusta dan orang miskin yang menyombongkan dirinya."


Hadits Riwayat Muslim yang lain menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah berfirman: Kemuliaan itu pakaian-Ku dan kebesaran itu selendang-Ku. Siapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya akan Aku azab dia."


Hadits Riwayat Muttafaq 'alaih menjelaskan bahwa RAsulullah bersabda: "Ketika seseorang berjalan dengan pakaian yang indah, "sombong" dan congkak jalannya, tiba-tiba Allah membinasakannya, hingga ia timbul tenggelam di tanah sampai hari kiamat."


BEBERAPA TANDA AKHLAK "RENDAH HATI".

1. Apabila seseorang selalu ingin lebih dari orang lain dalam segala hal, maka dia orang "sombong" dan orang yang tidak suka melebihi orang lain, berarti ia "tawadu" ("rendah hati").


2. Orang "rendah hati" adalah seseorang yang berdiri dari tempat duduknya pada saat datang orang berilmu atau terhormat dan mempersilahkan duduk di tempatnya; Atau seseorang yang bangkit dan menyodorkan sandalnya bagi orang lain dan keluar dari majelis mengiringi di belakang.


3. Orang "rendah hati" adalah seseorang yang berdiri menghormati orang biasa, menyambutnya dengan wajah berseri, mengajaknya ngobrol dan berusaha membantu apa yang diperlukannya.


4. Orang "rendah hati" berkunjung ke rumah orang yang lebih rendah martabatnya; Atau membantu membawakan barang-barangnya atau berusaha membantu yang diperlukannya.


5. Orang yang "rendah hati" mau duduk bersama orang miskin, orang-orang sakit dan orang-orang cacat tubuh, memenuhi ajakan mereka dan berjalan bersama mereka.


6. Orang "rendah hati" apabila makan dan minum tidak berlebihan dan berpakaian sederhana.

"ETIKA PADA SAAT BEPERGIAN"

"Bepergian" merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari".


Kegiatan "bepergian" disini misalnya melaksanakan haji, umrah, menuntut ilmu, berdagang, silaturahmi kepada kawan, sanak keluarga dan sebagainya. Karena itu Allah sangat memperhatikan soal "bepergian" ini dengan menentukan hukum dan adabnya.


HUKUM-HUKUM KETIKA "BEPERGIAN".

1. Pada saat "bepergian", seorang Muslim hendaknya mengqasar salat wajib empat rakaat menjadi dua rakaat kecuali Magrib dan Subuh tetap tiga dan dua rakaat. Dan dilakukan pada saat berangkat sampai kembali ke daerahnya, kecuali berniat akan menetap selama empat hari atau lebih di suatu tempat dalam perjalanan atau singgah di tempat itu. Maka di tempat itu melaksanakan salat seperti biasa tidak diqasar, pada saat perjalanan pulang kembali ke kampungnya boleh melakukan qasar sampai tiba ke daerah tempat tinggalnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa' Ayat 101: "Dan apabila kamu "bepergian" di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasarkan salat(mu)......."
Dan hadits dari Anas, Ia berkata: "Kami keluar bersama Rasulullah dari Medinah ke Mekah. Maka Nabi SAW melaksanakan salat yang empat rakaat menjadi dua rakaat sampai kami kembali ke Medinah." (Nasa'i dan Tirmidzi, hadits sahih).


2. Pada saat "bepergian" boleh mengusap dua sepatu (tatkala berwudu) selama tiga hari tiga malam. Hal ini berdasarkan hadits dari Ali: "Nabi SAW mengizinkan tiga hari tiga malam bagi musafir (orang yang "bepergian") dan sehari semalam bagi yang mukim, yaitu mengusap dua sepatu (dalam berwudu)." (Ahmad, Muslim, Nasa'i dan Ibn Majah).


3. Pada saat "bepergian" diperbolehkan tayamum, apabila tidak ada air, sulit memperolehnya atau mahal harganya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa' Ayat 43: ".... Dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."


4. Pada saat "bepergian" diberi rukhsah (keringanan) untuk buka puasa. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 184: "... Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari yang lain."


5. Orang yang "bepergian" diperbolehkan salat sunah di atas kendaraan (tunggangan) ke arah mana saja kendaraan itu menujunya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Umar: "Rasulullah melakukan salat sunat di atas untanya, ke arah mana saja unta itu menuju." (Muttafaq 'alaih).


6. Orang yang sedang "bepergian" diperbolehkan menjamak salat antara Dzuhur dan Asar, Magrib dan Isya dengan jamak taqdim bila perjalanan melelahkan. Maka dia kerjakan salat Dzuhur dan Asar di waktu Dzuhur, Magrib dan Isya di waktu Magrib. Atau dilakukan dengan jamak takhir yaitu salat Dzuhur dan Asar dilakukan pada waktu Asar, Magrib dan Isya dikerjakan pada waktu Isya. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada Hadits Muaz, Ia berkata: "Kami "bepergian" bersama Rasulullah ke perang Tabuk. Beliau salat Dzuhur dan Asar digabung dan salat Magrib dan Isya digabung (dalam satu waktu).' (Muttafaq 'alaih).


ADAB "BEPERGIAN".

1. Dalam "bepergian" hendaknya menjaga diri dari berbuat aniaya dan mengembalikan titipan kepada pemiliknya, karena dalam perjalanan itu sering terjadi kecelakaan yang tidak diduga-duga.


2. Sebelum "bepergian" menyiapkan bekal yang halal dan meninggalkan biaya hidup bagi mereka yang wajib diberi nafkah seperti istri, anak dan ayah.


3. Apabila hendak "bepergian", hendaklah izin kepada keluarga, saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya dengan mendoakan mereka yang akan ditinggalkan dengan doa: "Semoga Allah memelihara agamamu, amanahmu dan akhir amalmu."
Dan orang-orang yang ditinggalkan membacakan doa untuknya: "Semoga Allah membekali kamu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu dan menunjukkan jalan yang baik kepadamu, kemana saja kamu menuju."
Rasulullah bersabda kepada orang mengucapkan selamat tinggal: "Semoga Allah memelihara agamamu, amanahmu dan akhir amalmu." (Abu Daud).


4. Kalau "bepergian" hendaklah bersama kawan, bertiga atau berempat setelah dipilihnya orang yang paling cocok memimpin baginya. Karena perjalanan itu sebagaimana kata orang adalah menguji kecerdasan pemimpin. Disebut safar karena menguji akhlak pemimpin. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Yang "bepergian" sendirian adalah setan. Dua orang adalah dua setan dan kalau tiga orang itulah yang disebut rombongan." (Abu Daud, Nasa'i dan Tirmidzi, hadits sahih). Rasulullah juga bersabda: "Andaikata orang mengetahui yang aku ketahui, maka tidak akan ada orang yang berani berjalan sendirian pada waktu malam."


5. Rombongan yang "bepergian" hendaklah mengangkat seorang pimpinan yang akan memimpin mereka bermusyawarah. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Jika keluar tiga orang melakukan perjalanan harus mengangkat salah seorang sebagai pemimpin rombongan."


6. Sebelum "bepergian" hendaknya melakukan salat istikharah, karena Rasulullah menganjurkannya. Bahkan beliau mengajar mereka salat istikharah itu seperti mengajar satu surah dari Al-Qur'an dan dalam segala urusan. (Bukhari).


7. Pada waktu berangkat "bepergian" meninggalkan rumah, hendaknya membaca doa: "Dengan nama Allah. aku bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan orang, dan berbuat khilaf atau dicelakakan orang atau berbuat kebodohan atau dibodohi orang."
Apabila naik kendaraan hendaklah membaca doa, yang artinya: "Dengan nama Allah dan dengan pertolongan Allah, Allah Maha Besar. Aku bertawakal pada Allah tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Sesuatu yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan sesuatu yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi. Maha Suci Allah yang telah menundukkan kepada kami kendaraan ini, sedang kami tidak menguasainya dan kepada Tuhan kami akan kembali. Ya Allah, kami memohon kepadamu dalam perjalanan ini kebaikan dan takwa serta amal perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami, singkatkan bagi kami perjalanan ini. Ya Allah Engkau sebagai kawan dalam perjalanan, pelindung terhadap keluarga dan harta. Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kesukaran dalam "bepergian", duka cita dan kegagalan serta kesalahan karena harta, keluarga dan anak." (Abu Daud, hadits sahih).


8. Apabila "bepergian" hendaklah keluar pada hari Kamis pagi hari. Rasulullah mengucapkan dalam doanya: "Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi harinya. Dan hadits dari Rasulullah SAW menyebutkan bahwa beliau keluar untuk "bepergian" pada hari Kamis.' (Bukhari Muslim).


9. Apabila mendaki hendaklah bertakbir. Hadits dari Abu Hurairah mengatakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, saya akan "bepergian", maka berilah saya nasihat. Nabi bersabda; Bertakwalah kepada Allah dan bertakbirlah pada setiap kali mendaki karena Nabi SAW berdoa: "Ya Allah, Engkau jadikan kami di depan mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka."


10. Tatkala "bepergian" hendaklah selalu berdoa dan minta kebaikan dunia dan akhirat, karena doa tatkala "bepergian" akan dikabulkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Tidak diragukan lagi ada tiga doa yang dikabulkan Allah, yaitu doa orang teraniaya, "bepergian" dan doa ayah terhadap anaknya." (Tirmidzi, sanad hasan).


11. Apabila singgah di suatu tempat hendaklah mengucapkan doa, yang artinya: "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah Yang Sempurna dari kejahatan segala yang Dia ciptakan. Apabila datang malam hendaklah mengucapkan: Wahai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, saya berlindung kepada Allah dari bahayamu dan bahaya yang ada padamu dan dari bahaya yang dijadikan padamu dan bahaya dari binatang yang melata di atasmu. Dan aku berlindung dari singa, ular, kala dan dari penghuni negeri dan dari bahaya yang beranak dan yang dilahirkannya." (Dalam as-Sunan dan Muslim).


12. Apabila takut merasa kesepian bacalah: "Maha Suci Allah Yang Maha Merajai, Maha Suci, Tuhannya para malaikat dan Jibril. Ditinggikan langit dengan Kemuliaan-Nya dan keperkasaan-Nya."


13. Apabila tidur di awal malam, hendaklah membentangkan lengannya. Tapi jika tidur sebelum subuh hendaklah tidur di atas tapat tangannya supaya tidak terlalu pulas tidurnya sehingga dapat melaksanakan salat subuh tepat waktu.


14. Apabila sudah dekat ke kota (tempat tinggalnya) hendaklah membaca doa: "Ya Allah, jadikanlah kota itu sebagai tempat tinggal kami dan berikanlah kepada kami rezeki yang halal. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang terdapat padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari bahaya kota itu dan bahaya yang terdapat padanya." Karena Nabi juga mengucapkan doa tersebut.


15. Apabila telah selesai urusannya, hendaklah segera kembali ke negeri dan keluarganya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Bepergian" adalah sebagian dari siksa karena orang terpaksa mengurangi makan, minum dan tidurnya. Sebab itu, jika telah selesai hajatnya segera kembali kepada keluarganya." (Muttafaq 'alaih).


16. Tatkala sampai di kampung halaman, bertakbirlah tiga kali dan mengucapkan: "Kami kembali, bertobat dan ibadah kepada Tuhan kami serta tetap memuji kepada-Nya." Ucapkanlah berulang-ulang karena Rasulullah SAW mengerjakannya. (Muttafaq 'alaih).


17. Apabila sudah malam, janganlah mengetuk pintu rumah keluarganya. Dan hendaklah mengutus orang yang memberitahu kedatangannya sehingga tidak mengagetkan keluarga yang di rumah. Hal ini berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW.


18. Perempuan janganlah "bepergian" sehari semalam, kecuali beserta mahrimnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: "Tidak dihalalkan seorang wanita melakukan perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahrimnya." (Muttafaq 'alaih).