Kamis, 07 Mei 2009

"ETIKA BERBICARA (PEMBICARAAN)"

"Salah satu inti dari komunikasi adalah "berbicara".................. Berhasil tidaknya suatu hubungan antar manusia, antara lain ditentukan oleh suatu "pembicaraan" yang dilakukan antar manusia."



Dalam melakukan "pembicaraan" tentunya ada etika yang perlu diperhatikan sehingga dapat komunikatif.


Dalam etika "berbicara" ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 32: "Jika kamu bertaqwa, maka janganlah kamu tunduk dalam "berbicara" sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik".


Dalam melakukan "pembicaraan" ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan, antara lain :


1. Jangan berbisik-bisik.


2. Perbanyaklah dzikir dalam "pembicaraan".


3. Pilihlah kata-kata yang tepat.


4. Meringkas "pembicaraan" dengan menjelaskan maksudnya.


5. Jangan "berbicara" terlalu keras karena hal itu membisingkan dan mengganggu, juga jangan terlalu merendahkan suara hingga tidak dapat dipahami maksudnya. "Berbicara"lah sewajarnya sesuai yang dapat didengar oleh lawan bicara.


6. Hindari perkataan yang mengandung banyak tafsiran.


7. Hindari perkataan yang dapat mendatangkan maksiat dan fitnah.


8. Hindari perkataan yang menghinakan.


9. Hindari omong kosong (membual).


10. Menjadi pendengar yang baik.


11. Hindari memutus perkataan orang lain, hingga ia selesai "pembicaraan"nya.


12. Jangan memonopoli "pembicaraan".


Sebenarnya masih banyak rambu yang perlu ditaati dalam melakukan "pembicaraan" sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Barangkali kalau rambu-rambu di atas tidak ditaati, bisa jadi akan terjadi miss-komunikasi yang akan memicu terjadinya konflik, bahkan bisa juga mengakibatkan peperangan. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama selalu mewujudkan perdamaian di jagad raya ini dengan cara mentaati etika "berbicara" dengan penuh keikhlasan........

"ARTI DARI SEBUAH SENYUMAN"

"Senyum"an mempunyai pengaruh yang kuat untuk membuat jiwa gembira dan bahagia. Hal yang tersulit sekalipun akan menjadi mudah dengan seulas "senyum" dari seorang yang jujur."



Rasulullah SAW. juga menganjurkan umatnya untuk ter"senyum" seperti sabda beliau : "Ter"senyum"lah karena "senyum" itu merupakan shodaqah".


Ahmad Amin, dalam Faidhul Khathir menjelaskan bahwa orang yang murah "senyum" dalam menjalani hidup, bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggungjawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan dan orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.


Setiap ada kesulitan, jiwa seseorang yang murah "senyum" justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu untuk mengalahkannya. Begitu ketemu suatu kesulitan, ia melihatnya lalu ter"senyum"..........., menyiasatinya lalu ter"senyum"..........., dan berusaha mengalahkannya lalu ter"senyum"............


Apabila "senyum"an telah meliputi seseorang, niscaya ia akan menjadi manusia yang selalu mencintai keindahan alam semesta. Orang yang selalu ter"senyum" dan terang jiwanya, akan selalu melihat keindahan dunia yang sangat mempesona ini.


Namun lain halnya dengan seseorang yang "senyum"-"senyum" sendirian di pinggir jalan..... Ini perlu dipertanyakan kewarasannya...... Atau kali aja ia orang stressss anyaran........ yang tidak mampu menyiasati permasalahan kehidupan yang sangat kompleks ini......


Ter"senyum"lah, maka orang lain akan ter"senyum" kepada kita. "Senyum" merupakan sebuah anugerah terindah yang dipancarkan seseorang kepada orang lain. Banyak orang sepakat, apabila kita memberikan "senyum"an yang tulus, maka orang lain pasti akan suka pada kita.


Ada sebagian orang tidak menyukai "senyum"an. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut tidak memahami apa arti dari sebuah "senyum"an.


Ada seseorang yang ter"senyum" karena suka dan sebaliknya. Jika seseorang ter"senyum" karena tidak suka, maka "senyum"an orang tersebut jauh dari ketulusan dan tidak bernilai ibadah.


Apabila seseorang mau belajar dari sebuah "senyum"an, maka orang tersebut akan banyak menerima kebaikan, diantaranya orang tersebut akan mudah dierima oleh orang lain atau mempunyai banyak teman, menyehatkan dan awet muda. Kalau ingin awet muda dan sehat, maka sebarkanlah "senyum"an yang tulus kepada orang lain.


Apabila seseorang ingin diterima oleh masyarakat, maka orang tersebut harus pandai-pandai menebar "senyum"an. Banyak orang yang suka ter"senyum", diterima masyarakat; Dan sebaliknya apabila seseorang sedikit ter"senyum", dapat dipastikan orang tersebut akan sulit diterima oleh masyarakat dan tidak banyak memiliki teman.

"SENYUM" DAN KONFLIK.

"Senyum" dan kejernihan berfikir merupakan bagian dari sikap lemah lembut dan juga merupakan hal yang sangat penting untuk melihat fenomena konflik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Konflik bukanlah hal yang baru karena ia merupakan fenomena purba. Sama usianya dengan keberadaan usia manusia itu sendiri. Konflik biasanya dapat terjadi dari sebuah perbedaan. Apabila sesuatu yang berbeda kita sikapi dengan "senyum" dan kejernihan berfikir, Insya'Allah tidak akan berkembang menjadi suatu konflik yang tidak kita inginkan..


* Kadangkala kegembiraan adalah sumber dari "senyum"an, tetapi terladang "senyum"an dapat jadi sumber kebahagiaan. (Thich Nhat Hanh)